KOMUNITAS (VEGETASI)

BAB I
PENDAHULUAN
   
 1 1.1              Latar belakang
Dalam berbagai kegiatan pembangunan negara serta bangsa Indonesia tampak bahwa ekologi sebagai ilmu sekarang ini konsepnya sudah banyak diterapkan, misalnya konsep pelestarian segala macam sumber daya alam, konsep perlindungan plasma nutfah, pengendalian kelahiran dalam program keluarga berencana pada populasi manusia, konsep penanganan ekosistem, hasil maksimal yang berkelanjutan, konsep penanganan permasalahan daerah liran sungai, konsep perlindungan terhadap ekosistem mangrove, dan lain sebagainya. Konsep ekologi berperan demikian penting pada masa sekarang, sehingga konsep serta dasar ekologi perlu ditunjukkan sedini mungkin serta disebarluaskan ke segenap lapisan masyarakat.
Ekologi sebagian besar berkepentingan dengan populasi dan komunitas. Populasi dalam ekologi, aslinya diartikan sebagai kelompok orang, lalu diperluas menjadi kelompok-kelompok makhluk yang manapun. Dengan istilah Komunitas (kadang-kadang disebut sebagai “komunitas biotik”), dimaksudkan meliputi semua populasi yang berdiam di suatu daerah tertentu. Komunitas dengan lingkungan non-hayati berfungsi bersama sebagai suatu sistem ekologik atau ekosistem. Sistem biologik yang paling besar dan hampir dapat memenuhi kebutuhan sendiri disebut biosfer atau ekosfer. Gen merupakan anasir sel, sel menyusun jaringan, jaringan menyusun organ, organ menyusun organisme, organisme menyusun populasi, populasi merupakan anasir komunitas, komunitas menyusun ekosistem, dan ekosistem menyusun biosfer.
Di alam jarang sekali ditemukan kehidupan yang secara individu terisolasi, biasanya suatu kehidupan lebih suka mengelompok atau membentuk koloni. Kumpulan berbagai jenis organisme disebut komunitas biotik yang terdiri atas komunitas tumbuhan (vegetasi), komunitas hewan dan komunitas jasad renik. Ketiga macam komunitas itu berhubungan erat dan saling  bergantung. Dalam makalah ini dibahas tentang komunitas (vegetasi) untuk member membantu memecahkan berbagai macam persoalan ekologi di laboratorium dan di lapangan atau di alam sesungguhnya.


    1.2         Rumusan Masalah
a)      Apa pengertian dari komunitas (vegetasi)?
b)      Bagaimana konsep dasar komunitas (vegetasi) itu?
c)      Apa saja tipe-tipe vegetasi dalam ekologi tumbuhan ?
d)     Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan adanya persebaran vegetasi hutan ?
e)      Bagaimana interaksi yang terjadi dalam suatu komunitas?
f)       Bagaimana karakteristik komunitas tumbuhan dari segi keanekaragaman, struktur dan komposisi komunitas serta dominasi?
    1.3         Tujuan
a)      Mengetahui pengertian dari komunitas (vegetasi)
b)      Mengetahui konsep dasar suatu komunitas (vegetasi)
c)      Mengetahui tipe-tipe vegetasi dalam ekologi tumbuhan
d)     Mengetahui faktor yang menyebabkan adanya persebaran vegetasi hutan
e)      Mengetahui interaksi yang terjadi dalam suatu komunitas
f)       Mengetahui karakteristik tumbuhan  dari segi keanekaragaman, struktur dan komposisi komunitas serta dominasi

BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Komunitas (Vegetasi)
Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Komunitas memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu dan populasi. Dalam komunitas, semua organisme merupakan bagian dari komunitas dan antara komponennya saling berhubungan melalui keragaman interaksinya.
Vegetasi di definisikan sebagai mosaik komunitas tumbuhan dalam lansekap dan vegetasi alami diartikan sebagai vegetasi yang terdapat dalam lansekep yang belum dipengaruhi oleh manusia (Kuchler, 1967). Ilmu vegetasi sudah dimulai hampir tiga abad yang lalu. Mula-mula kegiatan utama yang dilakukan lebih diarahkan pada diskripsi dari tentang alam dan vegetasinya.

2.2  Konsep dasar Komunitas
2.2.1      Formasi
            Menurut Clements unit vegetasi terbesar adalah formasi tumbuhan. Formasi tumbuhan merupakan unit vegetasi yang besar di suatu wilayah yang ditunjukkan oleh beberapa bentuk pertumbuhan yang dominan, misalnya hutan ditunjukkan dengan pohon-pohon. Formasi tumbuhan merupakan hasil makroklimat dan ini dikendalikan dan ditentukan batasnya oleh iklim saja. Dengan lain perkataan formasi tumbuhan terjadi dalam suatu kesatuan iklim dan alam.
             Whittaker berpendapat bahwa formasi tumbuhan tidak tegas dan nyata bahwa unit vegetasi ditentukan hanya oleh iklim, tetapi merupakan pengelompokkan komunitas secara abstrak dengan fisiognomi dan saling berhubungan dengan lingkungan.
2.2.2        Assosiasi
             Setiap formasi klimaks, berisikan dua atau lebih pembagian yang lebih kecil yang dikatakan sebagai assosiasi yang ditandai oleh lebih dari satu spesies yang dominan dan khas. Jadi assosiasi adalah vegetasi regional, dalam formasi ini merupakan klimaks sub iklim dalam formasi umum. Setiap assosiasi ekologinya dan komposisi floristik umumnya (Weaver dan Clements, 1938). Sekarang konsep assosiasi ini sudah tidak dipakai lagi dan menempatkan komunitas kontinum yang populer.
             Vegetasi itu terus menerus (kontinyu) walaupun berbeda dari tempat yang satu ke tempat yang lain ia tidak dapat dikategorikan kedalam unit-unit yang memilih tempat. Dalam tingkat penggantian (proses penggantian), Whittaker (1951, 1956) mengatakan bahwa assosiasi bukan komunitas alam yang nyata (konkrit). L.E. Braun juga mengeritik konsep assosiasi dalam simposium yang diadakan oleh perhimpunan ekologi Amerika bulan Agustus 1956 yang tujuan utama ialah:
a)    Bahwa komuntas tidak mempunyai batas yang tegas tetapi tumpang tindih  antarasatu dengan yang lain.
b)    Bahwa spesies yang nampak mencirikan komunitas dapat meluas ke komunitas lain walaupun mungkin dalam proporsi yang berbeda.
c)    Bahwa dua komunitas tidak pasti sama/sejenis.
d)   Bahwa vegetasi itu kontinyu walaupun berbeda dari tempat yang satu ke yang lain.
2.2.3        Ekotone
             Suatu ekoton adalah suatu zona (daerah) peralihan (transisi) atau pertemuan  antara dua komunitas yang berbeda dan menunjukkan sifat yang khas. Daerah transisi antara komunitas rumput dan hutan atau daerah peralihan antara dua komunitas besar seperti komunitas akuatik dan komunitas terestrial merupakan contoh ekoton.
             Jadi ekoton merupakan pagar komunitas (batas komunitas). Seperti diketahui biasanya berubah secara perlahan-lahan atau secara gradient. Komunitas dapat berubah secara tiba-tiba sebagai akibat lingkungan yang tiba-tiba terputus atau karena interaksi tanaman terutama kompetisi. Pada keadaan yang pertama (tiba-tiba terputus) ekoton merupakan daerah peralihan yang merupakan campuran dari dua tipe komunitas yang bersebelahan.
             Pada keadaan yang kedua (kompetisi) ekoton dapat dikenal jelas. Komunitas ekoton umumnya mempunyai banyak organisme dari dua komunitas yang saling bertautan dan yang memperlihatkan ciri-ciri yang khas dan batas yang jelas antara ekoton dan tetangganya (disampingnya) dengan demikian ekoton berisikan spesies yang lebih banyak dan kepadatan populasi yang sering lebih daripada komunitas disampingnya.
            Kecenderungan meingkatnya variasi dan kepadatan pada komunitas peralihan dikenal sebagai efek pinggir/tepi (edge effect). Organisme yang paling banyak atau paling lama dalam zone peralihan disebut jenis pinggir (edge spesies).

2.3  Tipe-tipe vegetasi dalam ekologi tumbuhan
2.3.1   Vegetasi Hutan Hujan Tropis
Menurut Vickery (1984), hutan hujan tropis merupakan salah satu tipe vegetasi hutan tertua yang telah menutupi banyak lahan, yang terdapat di daerah sekitar khatulistiwa yaitu antara garis 100 LU sampai dengan 100 LS. Hutan hujan tropis terbentuk oleh vegetasi klimaks pada daerah dengan curah hujan 2.000 – 4.000 mm per tahun, rata-rata temperature 250 C dengan perbedaan temperature yang kecil sepanjang tahun, dan rata-rata kelembaban udara 80%. Arief (1994) mengemukakan bahwa hutan hujan tropis adalah klimaks utama dari hutan-hutan di dataran rendah yang mempunyai tiga stratum tajuk, yaitu stratum A, B, dan C, atau bahkan memiliki lebih dari tiga stratum tajuk.
Stratifikasi tajuk dalam hutan hujan tropis dipisahkan oleh beberapa stratum antara lain:
Stratum A: Merupakan lapisan teratas terdiri dari pohon-pohon yang tingginya sekitar 80 meter ke atas, misalnya shorea sp. Di antaranya terdapat juga pohon yang rendah, tetapi umumnya tinggi pepohonan mencapai rata-rata 40-50 meter dan bertajuk tidak beraturan (diskontinu) sehingga tidak saling bersentuhan membentuk lapisan yang bersinambungan. Pepohonan tersebut umumnya mempunyai 3 atau 4 lapisan tajuk, batang yang tumbuh lurus, tinggi, serta batang bebas cabangnya cukup tinggi. Pada hutan stratum A ini banyak dijumpai liana-liana berbatang tebal, berkayu, bersifat herba.
Stratum B: Terdiri dari pohon-pohon yang mempunyai tinggi 18-­30 meter dengan tajuk yang beraturan (kontinu). Batang pohon umumnya bercabang dan batang bebas cabangnya yang tidak begitu tinggi. Jenis pohon pada stratum ini kurang memerlukan cahaya atau tahan naungan (toleran).
Stratum C: Terdiri dari pohon-pohon yang mempunyai tinggi 4-18 meter dan bertajuk kontinu. Pohon-pohon dalam stra­tum ini rendah, kecil dan banyak bercabang banyak. Lapisannya bersinambungan dan agak rapat.
Stratum D: Terdiri dari lapisan perdu dan semak yang mempunyai tinggi 1-4 meter. Termasuk di dalamnya adalah pohon­pohon muda, palma-palma kecil, herba besar dan paku­pakuan besar.
Stratum E: Terdiri dari lapisan tumbuh-tumbuhan penutup tanah atau lapisan lapangan yang mempunyai tinggi 0-1 meter. Di daerah ini banyak dijumpai tanaman anak-anakan dan tumbuhan yang bersifat herba.
Tegakan hutan hujan tropis didominasi oleh pepohonan yang selalu hijau. Keanekaragaman spesies tumbuhan yang ada di hutan hujan tropis sangat tinggi sehingga dikenal sebagai hutan yang heterogen. Vickery (1984) menyatakan bahwa jumlah spesies pohon yang ditemukan dalam hutan hujan tropis lebih banyak dibandingkan dengan yang ditemukan pada tipe vegetasi yang lainnya. Misalnya, hutan hujan tropis di Amazonia mengandung spesies pohon dan semak sebanyak 240 spesies.
Tajuk pohon hutan hujan tropis sangat rapat, ditambah lagi adanya tetumbuhan yang merambat, menggantung, dan menempel pada dahan-dahan pohon, misalnya rotan, anggrek dan paku-pakuan. Hal ini menyebabkan sinar matahari tidak dapat menembus tajuk hutan hingga ke lantai hutan, sehingga tidak memungkinkan bagi semak untuk berkembang di bawah naungan tajuk pohon kecuali spesies tumbuhan yang telah beradaptasi dengan baik untuk tumbuh di bawah naungan (Arief, 1994).
Selain itu, ciri lain dari hutan hujan tropis yaitu kecepatan daur ulang sangat tinggi, sehingga semua komponen vegetasi hutan tidak mungkin kekurangan unsur hara (Vickery, 1984). Jadi, faktor pembatas di hutan hujan tropis adalah cahaya, dan itupun hanya berlaku bagi tetumbuhan yang terletak di lapisan bawah. Dengan demikian, herba dan semak yang ada dalam hutan adalah spesies-spesies yang telah beradaptasi secara baik untuk tumbuh di bawah naungan pohon.
Sebagaian besar hutan ini tumbuh di daerah lembah sungai Amazon (Brazilia), lembah sungai Kongo, India, Amerika Tengah (Florida), Karibia, dan wilayah Asia Tenggara Di Indonesia hutan hujan tropis terdapat di pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa dan Irian jaya (Papua).
Menurut ketinggian tempat dari permukaan laut, hutan hujan tropis dibedakan menjadi tiga zona atau wilayah (Santoso, 1996; Direktorat Jenderal Kehutanan, 1976) sebagai berikut :
1.     Zona Hutan Hujan Bawah
Terletak pada daerah dengan ketinggian tempat 0 – 1.000 m dari permukaan laut. Terdapat banyak spesies pohon anggota famili Dipterocarpaceae terutama anggota genus Shorea, Dipterocarpus, Hopea, Vatica, Dryobalanops, anggota famili Lauraceae, Myrtaceae, Ebenaceae, serta pohon-pohon anggota genus Agathis, Koompasia, dan Dyera. Penyebarannya meliputi pulau-pulau Sumatra, Kalimantan, Jawa, Nusa Tenggara, Irian, Sulawesi, dan beberapa pulau di Maluku.
2.      Zona Hutan Hujan Tengah
Terletak pada daerah dengan ketinggian tempat 1.000 – 3.300 m dari permukaan laut. Secara umum, vegetasi hutan hujan tengah didominasi oleh genus Quercus, Castanopsis, Nothofagus dan spesies pohon anggota famili Magnoliaceae. Penyebarannya meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi, Aceh, Sumatra Utara, dan sebagian daerah Indonesia Timur. Di beberapa daerah, tipe vegetasi hutan hujan tengah agak khas. Misalnya di Aceh dan Sumatra Utara terdapat spesies pohon Pinus merkusii, di Jawa Tengah terdapat spesies pohon Albizzia Montana dan Anaphalis javanica, di Jawa Timur terdapat spesies pohon Cassuarina sp.
3.      Zona Hutan Hujan Atas
Terletak pada daerah dengan ketinggian tempat 3.300 – 4.100 m dari permukaan laut. Tipe vegetasi hutan hujan atas pada umumnya berupa kelompok hutan yang terpisah-pisah oleh padang rumput dan belukar.. Penyebarannya hanya di Irian Jaya meliputi, spesies pohon Conifer (berdaun jarum) genus Dacrydium, Libecedrus, Phyllocladus, Podocarpus, dan di sebagian daerah Indonesia Barat meliputi, kelompok-kelompok tegakan Leptospermum, Tristania, dan Phyllocladus.
Hutan hujan tropis memiliki fungsi yang vital bagi keberlangsungan hidup semua makhluk yang ada di bumi, dalam hal iklim dunia. Hutan hujan tropis sangat membantu sekali dalam hal menstabilkan iklim dunia dengan cara menyerap karbon dioksida yang ada diatmosfer, sehingga mengurangi pula dalam hal efek rumah kaca. Hutan hujan tropis juga merupakan rumah atau habitat bagi keberlangsungan hidup bagi makhluk hidup yang tinggal didalamnya, termasuk flora dan fauna yang terancam punah keberlangsungan hidupnya.
2.3.2  Hutan Luruh Temperate
Hutan temperate atau hutan gugur terdapat di daerah beriklim sedang yang memiliki empat musim (dingin, semi, panas, dan gugur). Jenis pohon sedikit (10 s/d 20) dan tidak terlalu rapat., secara astronomis di antara 23,50 LU – 66,50 LS. Hutan ini berisi tumbuhan yang daunnya gugur (meranggas) pada musim dingin. Keadaan ini akan berlangsung hingga menjelang musim semi. Pada musim semi, temperatur akan meningkat, salju mulai mencair, tumbuhan mulai berdaun kembali (bersemi). Curah hujan merata sepanjang tahun 75 – 100 cm/tahun.. Daerah persebaran hutan gugur terutama meliputi wilayah sub-tropis sampai sedang seperti Amerika Serikat, Eropa Barat, Asia Tengah dan Timur serta Chili.
Musim panas pada bioma hutan gugur, energi radiasi matahari yang diterima cukup tinggi, demikian pula dengan presipitasi (curah hujan) dan kelembaban. Kondisi ini menyebabkan pohon-pohon tinggi tumbuh dengan baik, tetapi cahaya masih dapat menembus ke dasar, karena dedaunan tidak begitu lebat tumbuhnya. Pada saat menjelang musim dingin, radiasi sinar matahari mulai berkurang, suhu mulai turun. Tumbuhan mulai sulit mendapatkan air sehingga daun menjadi merah, coklat akhirnya gugur, sehingga musim itu disebut musim gugur.
Pada saat musim dingin, tumbuhan gundul dan tidak melakukan kegiatan fotosintesis. Beberapa jenis hewan melakukan hibernasi (tidur pada musim dingin). Menjelang musim panas, suhu naik, salju mencair, tumbuhan mulai berdaun kembali (bersemi) sehingga disebut musim semi.
2.3.3        Hutan Boreal
Kata Taiga (ti’ge ) berasal dari bahasa Rusia yang berarti hutan rawa dan kata lain dari taiga adalah Boreal Fores yang berarti hutan di daerah utara. Taiga mengalami 4 musim: musim panas, gugur, dingin dan semi. Musim panas berlangsung selama 3 sampai 6 bulan. Curah hujan sekitar 35 cm per tahun. Taiga merupakan daerah bermusim dingin panjang temperaturnya pun rendah mencapai -700 F dan musim panas mencapai suhu 900 F. Pada daerah dekat aliran sungai perbedaan suhu musim dingin dan panas tidak terlau jauh seperti suhu di daerah yang jauh dari aliran sungai, contohnya daerah Anchorage (dekat aliran sungai) suhu musim dingin -340 F dan musim panas 850 F sedangkan di Fairbanks (daerah pedalaman) suhu musim dingin -700 F dan musim panas 990 F. Kebakaran hutan di taiga sangat berperan bagi regenerasi tumbuhan di sana.
Hutan boreal ( hutan taiga) berkembang di daerah lintang tinggi dekat dengan kawasan lingkar kutub dan merupakan jenis hutan terluas kedua setelah hutan tropis. Hutan ini di tumbuhi oleh jenis pohon berdaun jarum, di mana dikawasan ini memiliki musim panas yang pendek dan musim dingin yang panjang. Pada musim panas suhu tinggi, pada musim dingin suhu sangat rendah.
Daerah yang termasuk kawasan ini meliputi Alaska amerika utara, skandinavia eropa utara, dan Siberia rusia. Permukaan tanah ini umumnya tertutup lumut kerak yang tebal. Flora khasnya adalah pohon berdaun jarum/pohon konifer, contoh pohon konifer adalah Pinus merkusii (pinus). Keanekaragaman tumbuhan di taiga rendah, vegetasinya nyaris seragam, dominan pohon-pohon konifer karena nyaris seragam, hutannya disebut hutan homogen. Tumbuhannya hijau sepanjang tahun, meskipun dalam musim dingin dengan suhu sangat rendah.
Taiga dimulai ketika ekosistem tundra berakhir, pertama kali ditandai dengan tumbuh cemara-cemara (black spruce) yang tumbuh jarang dan cemara putih (white spruce) di bagian selatan yang dibawahnya tumbuh tanaman perdu. Di sepanjang sungai tumbuh bercampur cemara dengan tumbuhan hutan gugur. Taiga merupakan hutan terbesar di bumi belahan utara mulai dari Selat Norwegia melintasi Siberia sampai ke Amerilka Utara. Walaupun dingin di daerah Alaska digunakan sebagai tempat tinggal.
2.3.4        Padang Rumput
Vegetasi padang rumput membentang mulai dari daerah tropis sampai dengan daerah beriklim sedang. Curah hujan antara 25 – 50 cm/tahun, di beberapa daerah padang rumput curah hujannya dapat mencapai 100 cm/tahun. Curah hujan yang relatif rendah turun secara tidak teratur. Turunnya hujan yang tidak teratur tersebut menyebabkan porositas dan drainase kurang baik sehingga tumbuh-tumbuhan sukar mengambil air.
Terdapat pada daerah yang mempunyai musim kering panjang dan musim penghujan pendek, seperti di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur, Hongaria, Rusia Selatan, Asia Tengah, Amerika Selatan, Australia. Padang rumput dapat terdapat di daerah dengan ketinggian antara 900 – 4000 m di atas permukaan laut, seperti misalnya padang rumput tanah, padang rumput pegunungan, komunitas rumput, dan lumut. Namun ada yang berada pada ketinggian kurang dari 100 m di atas permukaan laut, yaitu rawa gambut.
Tumbuhan dominannya adalah rumput, sedangkan pohon dan semak terdapat di sepanjang sungai di daerah tersebut. Daerah padang rumput yang relatif basah, seperti terdapat di Amerika Utara, rumputnya dapat mencapai tiga meter, misalnya rumput-rumput bluestem, dan indian grasses. Sedangkan daerah padang rumput yang kering mempunyai rumput yang pendek. Contohnya adalah rumput buffalo grasses dan rumput grama.
Tumbuhan yang mampu beradaptasi dengan daerah yang
porositas (peresapan air) dan drainase (aliran air) kurang baik adalah rumput, meskipun ada pula tumbuhan lain yang hidup selain rumput, tetapi karena mereka merupakan vegetasi yang dominan maka disebut padang rumput. Nama padang rumput bermacam-macam seperti stepa di Rusia Selatan, puzta di Hongaria, prairi di Amerika Utara dan pampa di Argentina.
2.3.5        Tundra
Daerah tundra hanya terdapat di belahan bumi utara dan kebanyakan terletak di daerah lingkungan kutub utara. Daerah ini memiliki musim dingin yang panjang serta gelap dapat berlangsung selama 9 bulan, karena mendapat sedikit energi radiasi matahari . Selama musim dingin yang sangat dingin dan gelap, suhu rata-rata sekitar -28 ° C (-18 ° F), kadang-kadang serendah -50 ° C (-58 ° F) dan selama musim panas, suhu agak naik, dan lapisan atas lapisan es mencair, meninggalkan tanah yang sangat lembek. Umumnya suhu siang hari selama musim panas meningkat sampai sekitar 12 ° C (54 ° F) tetapi sering dapat menurun ke 3 ° C (37 ° F) atau bahkan di bawah titik beku. Musim panas berlangsung selama 3 bulan, pada masa inilah vegetasi mengalami pertumbuhan.
Daerah tundra di kutub ini dapat mengalami gelap berbulan-bulan, karena matahari hanya mencapai 23½° LU/LS. Tundra adalah suatu area dimana pertumbuhan pohon terhambat dengan rendahnya suhu lingkungan sekitar. Pada area ini, mayoritas tumbuhan yang hidup biasanya berupa lumut, rerumputan, dan pohon dari bangsa conifer. Tundra biasanya hidup di daerah dingin.
Tundra adalah daerah yang sangat berangin, dengan angin sering bertiup ke atas dari 48-97 km / jam (30-60 kilometer per jam). Namun, dalam hal curah hujan hanya sekitar 15-25 cm (6-10 inci) jatuh per tahun. Tanaman tundra yang penting meliputi rumput alang-alang, rerumputan, pohon-pohonan kerdil dan lumut foliosa, terutama Lichenes yang merupakan makanan bagi herbivore yang hidup di vegetasi tundra. Keanekaragaman hayati di tundra rendah: 1.700 spesies tumbuhan vaskular. Ekosisten tundra adalah daerah tanpa pohon ditemukan di Kutub Utara dan di puncak-puncak gunung, dimana iklim yang dingin dan berangin dan curah hujan sedikit.
Sumber: http://www.tundra.com
Karakteristik tundra yaitu :
1.      Iklim yang sangat dingin
2.      Keanekaragaman biotik rendah
3.      Struktur vegetasi sederhana
4.      Terdapat batasan drainase (aliran air)
5.      Musim pertumbuhan dan reproduksi pendek
6.      Energi dan nutrisi dalam bentuk bahan organik mati
2.3.6        Zone Arid Kering dan Padang Pasir
Vegetasi padang pasir terletak dibelahan bumi sekitar 20°-30° lintang utara dan lintang selatan atau di daerah tropika yang berbatasan dengan bioma padang rumput, curah hujan sangat rendah, + 25 cm/tahun, kelembaban udara sangat rendah, kecepatan penguapan air lebih cepat. Padang pasir mempunyai ciri-ciri khusus berupa pengaruh yang besar pada potensi evaporasi di atas curah hujan, dan air tanah cenderung menjadi asin disebabkan larutan garam tidak berpindah baik oleh pencucian air atau oleh air mengalir. Organisme padang pasir ada di bawah seleksi alam yang kuat untuk melindungi pembatasan penyediaan air.
Gurun (Padang pasir) merupakan daerah yang tidak mudah bagi tanaman untuk dapat tumbuh. karena sangat panas pada siang hari,. Pancaran matahari sangat terik, penguapan tinggi, dan suhu siang hari dapat mencapai 45°C pada musim panas, membeku pada malam hari dan kekurangan air. Hujan sekitar setahun sekali sehingga jenis tanaman yang hidup disana adalah jenis tumbuhan yang tahan terhadap kekeringan seperti pohon kaktus dan beberapa jenis rumput berduri.
Padang pasir Afrika, Asia dan Amerika Selatan. Daerah padang pasir paling luas adalah terpusat di daerah sekitar 200 LU dari pantai Atlantik di Afrika sampai ke Asia Tengah. Padang pasir itu adalah kompleks padang pasir Sahara-Padang Pasir Arab-Padang Pasir Gobi yang menutupi atas 10 juta km2, kurang lebih 8% dari masa daratan non polar. Atas banyaknya daerah ini, terutama di bagian tengah, curah hujan setiap tahunnya hanya kecil, dan vegetasi menjadi berkurang untuk menyebar ke dalam belukar-belukar dan tanaman berbiji berkurang dalam melindungi tekanan-tekanan (Polunin, 1960).
Disebabkan tingginya evaporasi, dengan humiditas siang hari serendah 5%, tekanan topografik seringkali sedikit asin, demikianlah kadang-kadang habitat basah sangat kaku. Pada prinsipnya vegetasi di daerah padang pasir ini memiliki berbagai belukar seperti semak-semak creosote (Larrea tridentata), succulen (Euphorbia), succulen saquaro cactus (Cereus giganteus) dan bermacam-macam prickly pears (Opuntia sp.).
Tanaman-tanaman semusim merupakan komponen flora padang pasir yang nyata dan seringkali dominan. Banyak dari tanaman semusim ini yang mempunyai perkecualian laju fotosintetik yang tinggi (Money et al, 1976). Banyak spesies padang pasir memiliki fotocintesis C4 atau CAM. Fotosintesis C4 memberikan keuntungan selektif pada tanamn-tanaman padang pasir karena perkecualian laju fotosintetik mereka yang tinggi pada intensitas cahaya yang tinggi dan temperature yang hangat. Tetapi banyak tanaman semusim padang pasir yang merupakan tanaman C3, dan memiliki laju fotosintetik yang sama tinggi dengan laju fotosintetik tanaman-tanaman C4, serta sifat-sifat kejenuhan cahaya yang sama, meskipun temperature optimal mereka lebih rendah. Tanaman-tanaman ini diadaptasikan bagi pertumbuhan yang cepat yang mengikuti hujan pada musim dingin, sehingga mereka menyempurnakan siklus hidup mereka pada waktu temperature relative sejuk.
Banyak tanaman padang pasir berupa sukulen dan dapat menyimpan air dalam jumlah besar untuk digunakan selama periode kekeringan. Tanaman ini dapat mengasimilasi karbondiosida selama malam hari, ketika kehilangan air melalui stomata yang terbuka minimum, yaitu terjadi selama periode gelap dan mendekati nol pada siang hari.
Sedangkan menurut Ossting (1982), klasifikasi vegetasi terdiri dari 7 macam:
a.       Vegetasi Pantai
Vegetasi yang terletak di tepi pantai dan tidak terpengaruh oleh iklim serta berada diatas garis pasang tertinggi (Departemen Kehutanan). Salah tanaman yang terdapat di daerah pantai adalah kelapa, merupakan satu jenis tumbuhan dari keluarga Arecaceae.
b.      Vegetasi Mangrove/Rawa
Definisi kelompok: karakterisitik dari tanaman pantai,muara sungai atau delta yang berada di tempat yang terlindung di daerah pesisir pantai yang membentuk suatu ekosistem.
Definisi menurut FAO (1982): adalah jenis tumbuhan maupun komunitas tumbuhan yang tumbuh pada daerah pasang surut.
Definisi menurut Macnae (1968): mangrove adalah suatu individu pohon sedangkan mangal adalah komunitas dari beberapa jenis tumbuhan.
Macam-macam Vegetasi Mangrove
· Vegetasi inti:
Jenis ini membentuk hutan mangrove di daerah yang mampu brtahan terhadap salinitas (garam) yang disebut sebagai Halophyta.kebanyakan jenis mangrove mempunyai adaptasi khusus untuk tumbuh dan berkembang,toleransi terhadap garam tinggi,dapat bertahan pada perendaman pasang surut.
· Vegetasi marginal:
Pada mangrove yang berada di darat,di rawa musiman,pantai dan atau mangrove marginal.
· Vegetasi fakultatif marginal:
Daerah yang banyak ditumbuhi tanaman meliaceae denagn jenisnya Carapa guianensis. Jenis lain Raphia taedigera.dimana pengaruh iklim katulistiwa sangat banyak,tumbuh jenis melaleuca leucadendron rawa.
Vegetasi yang tumbuh di daerah pantai berlumpur dengan jenis-jenis pohon diantaranya pohon bakau ( Rhizophora sp), Bruguiera sp., Sonneratia sp., Xylocarpus, Avicenia dan lain-lain. Terdapat di bagian barat kawasan yaitu di sekitar Sukadana dan Batu Barat.
c.       Vegetasi Payau
Adalah areal/bidang tanah yang berupa hutan lebat yang berawa-rawa, permukaan tanah tergenang selama enam bulan dan kumulatif dalam setahun dan pada kurin waktu tidak terjadi penggenangan (surut) tanah senantiasa jenuh air (Badan Pertanahan Nasional).
Vegetasi ini tumbuh di daerah pertemuan air sungai dan air laut yang terdapat di muara sungai. Jenis vegetasi di daerah payau adalah Bakau Rhizophora apiculata dan R. mucronata tumbuh di atas tanah lumpur. Sedangkan bakau R. stylosa dan perepat (Sonneratia alba) tumbuh di atas pasir berlumpur.
d.      Vegetasi Gambut
Tipe vegetasi yang umumnya terdapat pada Daerah beriklim A atau B (Badan Pertanahan Nasional). jenis pohonnya antara lain ramin ( Gonystylus bancanus), dan jelutung ( Dyera sp).
Lahan gambut mempunyai penyebaran di lahan rawa, yaitu lahan yang menempati posisi peralihan diantara daratan dan sistem perairan. Lahan ini sepanjang tahun/selama waktu yang panjang dalam setahun selalu jenuh air (water logged) atau tergenang air. Tanah gambut terdapat di cekungan, depresi atau bagian-bagian terendah di pelimbahan dan menyebar di dataran rendah sampai tinggi. Yang paling dominan dan sangat luas adalah lahan gambut yang terdapat di lahan rawa di dataran rendah sepanjang pantai. Lahan gambut sangat luas umumnya menempati depresi luas yang menyebar diantara aliran bawah sungai besar dekat muara, dimana gerakan naik turunnya air tanah dipengaruhi pasang surut harian air laut.
Tanah gambut sebenarnya merupakan tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman bila ditinjau dari jumlah pori-pori yang berkaitan dengan pertukaran oksigen untuk pertumbuhan akar tanaman. Kapasitas memegang air yang tinggi daripada tanah mineral menyebabkan tanaman bisa berkembang lebih cepat. Akan tetapi dengan keberadaan sifat inheren yang lain seperti kemasaman yang tinggi, kejenuhan basa yang rendah dan miskin unsur hara baik mikro maupun makro menyebabkan tanah gambut digolongkan sebagai tanah marginal (Limin et al, 2000). Untuk itulah perlunya usaha untuk mengelola tanah tersebut dengan semestinya.
Tanaman yang dapat tumbuh di lahan gambut adalah kelapa sawit, sagu, nanas, cassava, kacang tanah, kedelai, jagung, ubi jalar, asparagus, sayuran juga dapat tumbuh di lahan gambut karena termasuk tanah yang cukup bagus untuk pertumbuhan tanaman. Tanamman lain yang dapat tumbuh seperti di Sumatra dan Kalimantan yaitu jambu air (Eugenia) Mangga (Mangosteen), rambutan (Ambak dan Melling, 2000) sedangkan di daerah pantai Ivory dengan gambut termasuk oligotropik, pisang dapat tumbuh dengan drainase 80-100 cm.
Beberapa spesies tanaman yang biasanya terdapat di dataran rendah seperti casuarina dan matoa; tanaman pertanian seperti nanas, melon, dan pisang; serta sayur mayur dan bijih-bijihan seperti cabai, ketimun, tomat, padi, buncis dan labu.
Tanaman lain yang dapat tumbuh di dataran rendah diantaranya : jagung, ketela pohon, ubi jalar, kacang-kacangan, karet, kopi robusta, kelapa sawit, tebu, cokelat, tembakau, kapuk.
            Sumber: http://www.gambut.com.
e.       Dataran Rendah
Vegetasi yang tumbuh dibawah ketinggian 700 m di atas permukaan laut (Departemen Kehutanan). Vegetasi yang terdapat banyak dijumpai pada ketinggian hampir 0 meter dpl. Daerah ini banyak terdapat tanah aluvial. Vegetasi tanah aluvial secara umum merupakan habitat yang subur dan mempunyai keaneragaman jenis yang tinggi. Terdapat di sekitar lembah Gunung Peramas dan Gunung Lobang Tedong, Sukadana. Jenis pohonnya antara lain pohon belian/ kayu besi (Eusideroxilon zwageri).
f.       Vegetasi Dataran Tinggi
Vegetasi yang tumbuh di ketinggian antara 700 - 1500 m diatas permukaan laut (Badan Pertanahan Nasional).
Ekosistem pada daerah dataran tinggi dibentuk oleh kondisi lingkungan yang ekstrem, antara lain suhu malam hari yang sangat rendah, intensitas sinar matahari yang tinggi pada siang hari namun disertai masa fotosintesa yang pendek, kabut tebal, curah hujan tinggi, serta kondisi tanah yang buruk. Tanaman yang tumbuh pada daerah tersebut sifatnya sangat khusus karena harus bertahan untuk hidup pada kondisi sulit tersebut.
Tanaman yang dapat tumbuh di daerah dataran tinggi diantaranya : cemara (tumbuhan berdaun jarum), ketela pohon, ubi jalar, kopi, cokelat, dst.

g.      Vegetasi Pegunungan
Vegetasi yang tumbuh diketinggian antara 1500-2500 m di atas permukaan laut (Departemen Kehutanan). Terdapat di bukit-bukit yang lebih rendah atau di lereng gunung.
Salah satunya adalah tanaman teh dan bunga Eidelweis. Teh dihasilkan oleh perkebunan besar dan perkebunan rakyat, di daerah pegunungan yang subur dan banyak turun hujan. Selain itu tanaman kopi juga dapat tumbuh di daerah pegunungan. Tanaman tembakau dapat juga tumbuh di daerah ini namun hanya dapat pada musim kemarau

2.4      Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persebaran Vegetasi Hutan Antara Lain
2.4.1        Iklim
Iklim dengan unsur-unsurnya, seperti suhu udara, tekanan udara, kelembaban udara, angin dan curah hujan merupakan faktor utama yang mempengaruhi persebaran tumbuhan (flora) di permukaan bumi. Hutan hujan tropis merupakan hutan yang banyak dipengaruhi oleh curah hujan yang tinggi.
Perbedaan letak garis lintang dan ketinggian diatas pemukaan laut yang menyebabkan besarnya intensitas cahaya matahari dan curah hujan pada setiap daerah berbeda.
Misalnya pada daerah kutub utara terdapat bioma tundra yang menerima curah hujan sedikit dan intensitas cahaya matahari rendah, menyebabkan sedikit hewan dan tumbuhan yang tinggal. Karena iklim kutub, pemandangan yang tampak hanya padang rumput luas beku tanpa pepohonan. Pada saat musim panas yang singkat tumbuhan perdu kecil tumbuh berkembang dan tampak seperti semak. Berikut adalah piramida urutan tipe-tipe vegetasi dari yang jumlah spesiesnya sedikit sampai spesies yang berjumlah banyak.


2.4.2        Keadaan Tanah
Perbedaan jenis tanah, seperti pasir, alluvial, dan kapur serta jumlah zat mineral yang dikandung dalam humus mempengaruhi jenis tanaman yang tumbuh. Di daerah tropis akan hidup berbagai jenis tumbuhan, sedangkan di daerah gurun atau bersalju hanya akan hidup tumbuhan tertentu. Tumbuhan kaktus salah satu tumbuhan yang mampu beradaptasi dengan kondisi iklim dan keadaan tanah di gurun pasir.
2.4.3        Tinggi Rendah Permukaan Bumi
Permukaan bumi terdiri dari berbagai macam relief, seperti pegunungan dataran rendah, perbukitan dan daerah pantai. Perbedaan tinggi rendahnya permukaan bumi mengakibatkan variasi suhu udara. Variasi suhu udara mempengaruhi keanekaragaman tumbuhan (flora) hutan yang terdapat di daerah pegunungan banyak di pengaruhi oleh ketinggian tempat.
2.4.4        Makhluk Hidup ( Biotik )
Makhluk hidup seperti manusia dan hewan memiliki pengaruh yang cukup besar dan persebaran tumbuhan ( flora ). Terutama manusia dengan ilmu dan teknologi yang dimilikinya dapat melakukan persebaran tumbuhan dengan cepat dan mudah. Hutan kota merupakan jenis hutan yang lebih banyak dipengaruhi oleh faktor biotik terutama manusia.
2.5      Interaksi dalam komunitas
Komunitas adalah kumpulan populasi yang berbeda di suatu daerah yang sama dan saling berinteraksi. Contoh komunitas, misalnya komunitas sawah dan sungai. Komunitas sawah disusun oleh bermacam-macam organisme, misalnya padi, belalang, burung, ular, dan gulma. Komunitas sungai terdiri dari ikan, ganggang, zooplankton, fitoplankton, dan dekomposer. Antara komunitas sungai dan sawah terjadi interaksi dalam bentuk peredaran nutrien dari air sungai ke sawah dan peredaran organisme hidup dari kedua komunitas tersebut.
Interaksi antar komunitas cukup komplek karena tidak hanya melibatkan organisme, tapi juga aliran energi dan makanan. Interaksi antar komunitas dapat kita amati, misalnya pada daur karbon. Daur karbon melibatkan ekosistem yang berbeda misalnya laut dan darat.

2.6      Karakteristik komunitas tumbuhan
2.6.1        Keanekaragaman
Sumber Variasi Keanekaragaman
o   Variasi Perkembangan
Variasi perkembangan ini ditentukan secara genetis. Contoh pada tanaman cocor bebek ( Kalanchoe pinnata ) terdapat daun tunggal dan majemuk menyirip beranak daun tiga pada satu individu tanaman yang sering disebut heteromorfisme.
o   Variasi yang disebabkan Lingkungan
Tumbuh-tumbuhan keseluruhan beranekaragam dan banyak jenisnya menyimpang dalam pertumbuhannya, sebagai respon terhadap lingkungan. Perubahan ini disebabkan karena sinar, air, makanan, suhu, dan tanah.
Sebagai contoh adalah tumbuhan kaktus. Daun tanaman ini berbentuk seperi duri atau jarum dan tebal karena tumbuh di daerah yang sinarnya berlebih yaitu di padang pasir atau gurun. Sehingga agar tidak terjadi transpirasi berlebihan maka bentuk daun tidak melebar seperti pada umumnya daun.
Terdapat pula variasi lingkungan yang menyebabkan keanekaragaman tumbuhan dalam bentuk :
o   Ketinggian
Perbedaan ketinggian suatu tempat dari garis pantai akan menyebabkan perbedaan mikro klimat antara lain suhu, kelembaban, curah hujan, dan lain-lain. Sehingga mengakibatkan sebaran berbagai jenis tumbuhan berbeda-beda. Ketinggian tempat juga dapat menyebabkan isolasi jenis.
o   Letak Geografis
Letak geografis menyebabkan perbedaan makro klimat yang sangat tajam seperti perbedaan musim, curah hujan, kelembaban, suhu, dan intensitas cahaya matahari
  • Variasi Genetika
  1. Mutasi
Mutasi adalah perubahan yang terjadi secara mendadak diteruskan ke generasi berikutnya yang bersifat kekal. Keturunan yang terjadi berbeda, baik bentuk maupun sifatnya dengan induk. Mutasi dapat terjadi di alam bebas maupun secara buatan.
  1. Rekombinasi dan Aliran Gen
Gerakan dan perukaran gen-gen di antara anggota populasi melukiskan perpindahan gen-gen. Rekombinasi adalah hasil akibat kombinasi baru dari gen yang telah ada. Perpindahan gen dan rekomendasi melibatkan gen-gen yang ada dari pembawaan

2.6.2        Struktur dan komposisi komunitas
           Studi mengenai struktur dan klasifikasi komunitas tumbuhan dapat juga disebut Fitososiologi.Analisisnya disebut analisis vegetasi, yang terdiri atas analisis kualitatif dan kuantitatif.
·         Analisis kualitatif komunitas tumbuhan
Struktur kualitatif dan komposisi komunitas dapat dinyatakan berdasarkan observasi (pengamatan) visual tanpa sampling khusus atau pengukuran dalam perhitungan (menyatakan) karakteristik florestik secara kualitatif (isi spesies) stratifikasi, aspek sosiabilitasnya, asosiasi antar spesies, bentuk pertumbuhan dan spektrum biologi dipelajari di lapang.
·      Komposisi floristik/anggota spesies komunitas.
            Studi ini ialah pada spesies dari komunitas yang dianggap penting. Ini dapat dilakukan dengan koleksi yang periodik kemudian diidentifikasi dengan waktu sepanjang tahun.
·      Stratifikasi
            Jumlah strata pelapisan dalam komunitas dapat dinyatakan dengan observasi, jika secara periodik mengamati tumbuhan untuk sepanjang tahun, penggantian dalam kenampakan vegetasi akan terlihat dengan penggantian dalam cuaca. Dengan ini maka hubungan spesies dalam beberapa cuaca pada satu tahun dicatat.
·      Bentuk pertumbuhan
            Sebagian besar kenampakan umum dan pertambahan spesies dalam komunitas dikelompokkan kedalam klas bentuk pertumbuhan yang berbeda. Pembagian klasnya seperti yang telah dibicarakan pada bab yang lalu. Berdasarkan nilai persentase perbedaan klas bentuk pertumbuhan, habitat alami yang nyata dari komunitas dapat diketahui.
·      Sosiabilitas
            Dalam komunitas tumbuhan, spesies secara individu tidak selamanya tersebar. Individu beberapa spesies tumbuhan dengan jarak yang lebar, sedang beberapa yang lain terdapat dalam bentuk rumpun atau menutup lahan.
            Beberapa individu spesies jika tumbuhan dalam rumpun akan baik dan mereka cenderung mengadakan kompetisi yang hebat sehingga tidak dapat membentuk populasi yang besar. Berdasarkan itu maka dapat dikelompokkan dalam klas-klas.
o   Klas 1. Pohon tumbuh individual (singly)
o   Klas 2. Kelompok tersebar atau ikatan terbuka
o   Klas 3. Menutup tanah dengan anak yang kecil dan terpencar
o   Klas 4. Menutup tanah lebih luas lagi
o   Klas 5. Seluruh lahan tertutup oleh lapisan vegetasi
Derajad sosiabilitas yang tinggi terlihat jika tumbuhan itu mempunyai produktivitas biji tinggi, daya tumbuh tinggi serta mempunyai daya adaptasi yang besar.
·         Assosiasi antar spesifik
Jika vegetasi mempunyai sampai dua spesies yang berbeda atau lebih dekat satu sama lain, mereka membentuk sebagai komunitas tipe assosiasi-assosiasi antar spesies ini dapat terjadi pada beberapa kemungkinan:
1.      Spesies-spesies dapat hidup dalam lingkungan yang sama
2.      Spesies-spesies mungkin mempunyai distribusi geografi yang sama
3.      Spesies-spesies mempunyai bentuk pertumbuhan yang berlainan (sehingga memperkecil kompetisi)
4.      Tumbuhan atau spesies yang lain saling berinteraksi yang menguntungkan salah satu atau keduanya, assosiasi ini mudah dilihat di lapang.
2.6.3        Analisis kuantitatif komunitas tumbuhan
             Untuk analisis ada beberapa metode pengambilan sampel, yaitu:
1.      Metode kuadrat (Quadrat methode)
2.      Metode transek (Transeck methode)
3.      Metode loop (Loop methode)
4.      Metode titik (Point less/point methode)
1.      Metode kuadrat
 Menurut Weaver dan Clements (1938) kuadrat adalah daerah persegi dengan berbagai ukuran. Ukuran tersebut bervariasi dari 1 dm2 sampai 100 m2. Bentuk petak sampel dapat persegi, persegi panjang atau lingkaran.
Metode kuadrat juga ada beberapa jenis:
a.       Liat quadrat: Spesies di luar petak sampel dicatat.
b.      Count/list count quadrat: Metode ini dikerjakan dengan menghitung jumlah spesies yang ada beberapa batang dari masing-masing spesies di dalam petak. Jadi merupakan suatu daftar spesies yang ada di daerah yang diselidiki.
c.       Cover quadrat (basal area kuadrat): Penutupan relatif dicatat, jadi persentase tanah yag tertutup vegetasi. Metode ini digunakan untuk memperkirakan berapa area (penutupan relatif) yang diperlukan tiap-tiap spesies dan berapa total basal dari vegetasi di suatu daerah. Total basal dari vegetasi merupakan penjumlahan basal area dari beberapa jenis tanaman.
d.      Chart quadrat: Penggambaran letak/bentuk tumbuhan disebut Pantograf. Metode ini ter-utama berguna dalam mereproduksi secara tepat tepi-tepi vegetasi dan menentukan letak tiap-tiap spesies yang vegetasinya tidak begitu rapat. Alat yang digunakan pantograf dan planimeter. Pantograf diperlengkapi dengan lengan pantograf. Planimeter merupakan alat yang dipakai dalam pantograf yaitu alat otomatis mencatat ukuran suatu luas bila batas-batasnya diikuti dengan jarumnya.
2.      Metode Transek
Transek adalah jalur sempit melintang lahan yang akan dipelajari/diselidiki. Tujuan: untuk mengetahui hubungan perubahan vegetasi dan perubahan lingkungan. Atau: untuk mengetahui jenis vegetasi yang ada di suatu lahan secara cepat.Ada dua macam transek:
o   Belt transect (transek sabuk)
Belt transek merupakan jalur vegetasi yang lebarnya sama dan sangat panjang. Lebar jalur ditentukan oleh sifat-sifat vegetasinya untuk menunjukkan bagan yang sebenarnya.
Lebar jalur untuk hutan antara 1-10 m. Transek 1 m digunakan jika semak dan tunas di bawah diikutkan, tetapi bila hanya pohon-pohonnya yang dewasa yang dipetakan, transek 10 m yang baik.
Panjang transek tergantung tujuan penelitian. Setiap segment dipelajari vegetasinya.
o   Line transect (transek garis)
Dalam metode ini garis-garis merupakan petak contoh (plot). Tanaman yang berada tepat pada garis dicatat jenisnya dan berapa kali terdapat/dijumpai.
3.      Metode Loop
                        Metode ini digunakan untuk rerumputan dan herba.
Prosedurnya:
o   Dibuat lingkaran kecil (loop) dengan diameter 2 cm.
o   Tentukan titik secara random, kemudian dari titik itu dibuat jalur sepanjang 33,5 m.
o   Pada setiap 1 meter titik observasi ditandai pada tempat sentimeter yang ke 33, 66 dan 100. Jadi setiap 1 meter ada 3 titik observasi, dan pada jarak 33 meter ada 99 titik observasi.
o   Titik yang 100 terletak pada jarak 33,33 meter.
o   Kemudian disetiap titik observasi (loop) dijatuhkan (diletakkan) dan dicatat spesies yang berada di dalam lingkaran.
4.      Metode Titik (Point Less/Point Methode)
Metode ini merupakan salah satu metode yang tidak memerlukan luas tempat pengambilan contoh atau suatu luas kuadrat tertentu. Cara ini  terdiri dari suatu seri titik-titik yang telah ditentukan di lapang, dengan letak bisa tersebar secara random atau merupakan garis lurus (berupa deretan titik-titik). Umumnya dilakukan dengan susunan titik-titik berdasarkan garis lurus yang searah dengan mata angin (arah kompas).Ada dua macam metode titik:
a.    Metode titik dengan kerangka (Point Frame Method)
Pada setiap titik dicari jenis-jenis yang tertunjuk/terkena tusuk. Alat penujuk adalah kawat/paku. Dicatat semua jenis dan jumlah individunya. Beberapa kali frame diletakkan dan beberapa kali jenis dikenai, kemudian dicatat. Method ini digunakan untuk rumput dan herba.
b.      Metode titik pusat (Point Center/Quarter Method)
Prosedur:
o   Di tempat yang akan diteliti ditancapkan jarum/paku yang diatasnya dipasang kompas -  Daerah itu, dengan titik sebagai pusat dibagi 4 bagian (kuadran).
o   Tumbuhan yang diambil datanya (dianalisis) disetiap kuadran adalah satu pohon (sampling) yang terdekat dengan titik pusat. Data yang diambil adalah jarak dari pohon ke titik pusat dan diameter pohon pada ketinggian pohon setinggi dada (1,37 m). Katagori pohon jika memiliki diameter lebih dari 10 cm dan katagori anakan pohon jika mempunyai diameter 2,5 cm sampai 10 cm.

2.6.4        Dominansi
Disini komunitas tumbuhan yang besar dibagi kedalam bagian-bagian yang lebih kecil dengan dasar komposisi dan dominasi spesies. Klasifikasi seperti ini memerlukan pengetahuan isi spesies dalam komunitas itu frekuensinya, dominasinya dan lamanya spesies itu berada (fideling/kesetiaan). Komunitas diberi nama dengan spesies yang dominan atau yang memperlihatkan frekuensi tinggi misalnya: Betula-Rhododendron-Magnolia assosiasi, Kruing-Kamper-Meranti-Jati.
Clements mengakui adanya dinamika komunitas alam dan ia mengembangkan klasifikasi floristik yang menekankan pada suksesi, dominasi, konstansi diagnose spesies. Menurut Clements vegetasi dapat dianalisa kedalam unit klas-klas berikut dalam urutan yang turun.


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1.      Komunitas adalah kumpulan organisme hidup yang saling berhubungan baik antara mereka maupun lingkungannya.
2.      Di dalam kehidupan bersama antara spesies terjadi bermacam-macam interaksi seperti: mutualisme, eksploitasi, parasit, komensalisme, dan kompetisi.
3.      Yang dimaksud dengan struktur komunitas adalah bentuk dari komunitas dilihat dari stratifikasinya (lapisan dari atas kebawah) secara horisontal bentuk pertumbuhannya (Phanerophytes, Chamaephytes, Hemicryptophytes, Cryptophytes dan Therophytes), sosiasilitasnya, assosiasinya antar spesifik serta kerapatan dan biomas (analisis kuantitatif) sedang komposisi komunitas adalah anggota spesies komunitas.
4.      Ecotone adalah suatu zona (daerah) peralihan (transisi) atau pertemuan antara dua komunitas yang berbeda dan menunjukkan sifat yang khas.
5.      Dinamika komunitas (evolusi komunitas), evolusi yang terjadi pada komunitas tumbuhan di suatu tanah yang kosong (bero) terjadi dalam waktu lama dan bertahap dimana setiap tahap dicirikan oleh himpunan utama suatu populasi tumbuhan dan dominasi. Pada umumnya evolusi komunitas vegetasi melalui tahap-tahap sebagai: nudasi, migran eksesis, agregasi, evolusi interaksi komunitas, invasi, reaksi, stabilisasi dan klimaks.
6.      Klasifikasi komunitas, Pada umumnya komunitas vegetasi diklasifikasikan berdasarkan fisiognomi, habitat dan komposisi dan dominasi spesies. Menurut Clements, vegetasi dapat dianalisa kedalam unit klas-klas sebagai berikut dalam urutan yang menurun: formasi, assosiasi, fasiasi, konsosiasi dan klans.
7.      Faktor Yang Mempengaruhi Persebaran Vegetasi Hutan adalah Iklim, Keadaan Tanah, Tinggi Rendah Permukaan Bumi dan Makhluk Hidup (Biotik)
8.      Studi struktur dan klasifikasi komunitas tumbuhan (vegetasi) disebut juga fitososiologi analisis vegetasinya disebut analisis vegetasi yang dapat secara kualitatif dan kuantitatif.



DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2007. Jenis-jenis Bioma.  http://ikzzir.blogspot.com/2007/12/t-aiga-merupakan-salah-satu-jenis-bioma.html diakses tanggal 15 oktober 2011
Anonymous. 2010. Bilogi.  http://kambing.ui.ac.id/bebas/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Biologi/Biologi%203.htm diakses tanggal tanggal 15 Oktober 2011
Indriyanto. 2008. Ekologi Hutan. PT Bumi Aksara :Jakarta
Jumin, Hasan Basri. 1992. Ekologi Tanaman. Rajawali Press: Jakarta
McNaughton, S.J, dkk. 1998. Ekologi Umum Edisi Ke dua. UGM Press: Yogyakarta
Michael, P. 1995.  Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. UI Press: Jakarta.
Rahardjanto, Abdulkadir.  2001.  Ekologi Umum. Umm Press: Malang.
Rohman, Fatchur dan I Wayan Sumberartha.  2001.  Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. JICA: Malang.
Syafei, Eden Surasana. 1990.  Pengantar Ekologi Tumbuhan.  ITB: Bandung.
Wolf, Larry dan S.J McNaughton. 1990.  Ekologi Umum.  UGM Press: Jogjakarta.


Post a Comment

0 Comments