My Baby Blues Syndrome.

Mendadak teringat sewaktu abis ngelahirin thayya dan yang pertama terlintas di pikiran saya adalah.....

Baby Blues Syndrome 

Denger kata ini aja saya sudah takut sendiri.
I've lost my self when i had this. Why?
Kedengerannya lebay ya tapi kalau ada yang pernah mengalaminya sendiri pasti tahu banget gimana rasanya.
Perasaan dimana kita bener-bener ga pengen ngerasa kaya gitu, tapi yang kita rasain melebihi rasa yang bisa kita tolerir. Intinya, saya hampir ga sanggup buat kontrol diri saya.
Serem ya :'(

Jadi waktu itu thayya baru lahir dan puncaknya saat saya pulang ke rumah dari Rumah Sakit.
Itu bener-bener parah banget, saya hampir depresi deh kayanya.
Disamping saya merasa bahagia telah dikaruniai seorang bayi cantik tapi saya juga merasakan perasaan sedih dan takut yang mendalam. 
Saat itu saya masih belum siap untuk menjalani perubahan hidup yang berubah drastis dan kurangnya persiapan setelah saya melahirkan.
Awalnya hanya bermula saat asi saya belum keluar dan luka operasi masih terasa sangat sakit sedangkan orang-orang sekitar saya terus mendesak agar thayya harus dikasi minum susu karena thayya nangis terus, walaupun saya tahu kalau ia masih bisa bertahan tanpa asi 3 x 24 jam.
Desakan-desakan itu membuat saya semakin stress dan ternyata malah semakin menghambat produksi asi saya.

Alhamdulillah dari Rumah Sakit saya mendapatkan pelayanan pijat payudara untuk merangsang keluarnya asi. Saya bersyukur banget, walaupun rasanya super sakit (karena selama hamil saya tidak pernah melakukan pijat PD) tapi demi anak itu ga ada apa-apanya kan?
Belum lagi saya merasa sangat membutuhkan istirahat waktu itu, karena sejak lahir thayya ga banyak tidur seperti bayi kebanyakan.
Tapi lebih banyak perasaan cemas, khawatir dan takut kalau saya tidak bisa menjadi ibu yang baik buat thayya. Saya ga tahu kenapa, tapi pikiran - pikiran negatif ini terus mengusik saya.

Tiap malam saya pasti menangis, tapi suami saya selalu menenangkan.
Saya selalu mengeluh bagaimana saya merasa lelah dan sedih tentang apa yang orang lain katakan tentang bagaimana cara saya mengurus thayya, dan sebagainya.
Saya selalu merasa apa yang saya perbuat itu salah.
Saya seorang ibu baru yang masih buta tentang hal ini ditambah banyaknya omongan-omongan dari luar membuat emosi saya semakin tidak stabil.

Baby blues syndrome bener-bener membuat dunia baru saya hampir kacau.
Ini pelajaran penting buat saya, pengalaman berharga saya yang tidak akan pernah mau saya ulangi lagi pada kehamilan saya berikutnya nanti.
Dengan adanya kehamilan pertama, saya jadi tahu apa-apa aja yang harus saya persiapkan, dimulai dari fisik, jasmani dan materi.
Beneran deh, saya seperti kehilangan jati diri saya sendiri saat itu.
Jadi nasehat buat diri sendiri adalah "it's my child so it's depend to me how i raise mine".
Bukannya sombong atau ga mau perduli dengan pendapat orang lain, tapi biasanya lebih banyak akan membuat kita stress karena tidak sesuai dengan apa yang kita terapkan, padahal tujuannya baik.

Membesarkan anak adalah seni dari tiap orang tua,semuanya beda-beda.
Bisa jadi di anak orang lain cocok, tapi di anak kita ga cocok.
Jangan pusingin, jangan dibuat stress karena semua keputusan ada di tangan kita, orang tuanya.
Orang tua pasti tahu yang terbaik buat anaknya, toh?

Ini pelajaran berharga buat saya terutama untuk masa mendatang.
Menurut pengalaman saya, obat yang paling ampuh adalah dukungan dari keluarga kita sendiri.
Kalau mereka yakin dengan keputusan kita, semuanya akan lebih mudah dijalani dan kita akan menjadi lebih percaya diri dan lebih yakin kalau kita mampu dan bisa menjadi ibu yang baik.
Jadi jangan pernah memendam perasaan sedih itu sendiri, sharing dengan suami pasti akan sangat membantu dan yang pasti terus berdoa untuk selalu diberikan kekuatan dan keikhlasan agar jiwa lebih merasa tenang.
Ohya! Obat mujarab yang terakhir adalah dengan melihat muka si anak bayi saat mereka tidur.
Semua rasa sakit dan sedih hilang, hitungan detik!

And suddenly you know, everything will be fine and you'll never be alone.

Post a Comment

0 Comments